Penduduk Jawa Barat 2010

Jumlah dan Distribusi Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat sebanyak 43 053 732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28 282 915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 14 770 817 jiwa (34,31 persen).
Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor.
Jenis Kelamin Penduduk
Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 21 907 040 jiwa dan perempuan sebanyak 21 146 692 jiwa. Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.
Seks Rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107.
Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.

Umur Penduduk

Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah perdesaan 55,92 .
Perkiraan rata-rata umur kawin pertama penduduk laki-laki sebesar 25,9 tahun dan perempuan 22,2 tahun (perhitungan Singulate Mean Age at Marriage/SMAM).

Migran Masuk Risen

Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 1 818 053 penduduk atau 4,7 persen penduduk merupakan migran masuk risen antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk risen di daerah perkotaan 6,6 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 6,6 dan 1,0 persen.
Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 926 836 berbanding 891 217 orang. Seks rasio migran risen adalah 104. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Bekasi dan terkecil di Kota Banjar

Migran Masuk Seumur Hidup 

Jumlah penduduk yang merupakan migran seumur hidup terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 8 150 103 penduduk atau 18,9 persen penduduk merupakan migran masuk seumur hidup antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk seumur hidup di daerah perkotaan 16,2 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 27,1 dan 3,2 persen.
Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 4 242 651 berbanding 3 907 452 orang. Seks rasio migran risen adalah 109. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Bekasi dan terkecil di Kota Banjar.

Pendidikan 

Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 UU No. 20 tahun 2003). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 2,08 persen dan yang tidak sekolah lagi sebesar 7,44 persen.
Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) terkait dengan pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek Huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 39,39 persen, dan AMH penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 95,74 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada 96 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

Penduduk Usia Sekolah 

Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 5 124 462 jiwa, 13-15 tahun 2 494 902 jiwa, 16-18 tahun 2 276 128 jiwa dan 19-24 tahun 4 364 757 jiwa.
Di perkotaan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 3 279 271 jiwa, 13-15 tahun 1 596 749 jiwa, 16-18 tahun 1 523 622 jiwa dan 19-24 tahun 3 047 276 jiwa. Di perdesaan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 1 845 191 jiwa, 13-15 tahun 898 153 jiwa, 16-18 tahun 752 506 jiwa dan 19-24 tahun 1 317 481 jiwa.
Jumlah penduduk perempuan usia 7-12 tahun sebanyak 2 489 291 jiwa, 13-15 tahun 1 218 448 jiwa, 16-18 tahun 1 111 166 jiwa dan 19-24 tahun 2 158 820 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki usia 7-12 tahun sebanyak 2 635 171 jiwa, 13-15 tahun 1 276 454 jiwa, 16-18 tahun 1 164 962 jiwa dan 19-24 tahun 2 205 937 jiwa.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap, pemerataan dan akses terhadap pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS 13-15 tahun sebesar 80,80 persen. Ini menunjukkan masih terdapat kelompok usia wajib belajar (13-15 tahun) sebesar 19,20 persen yang tidak bersekolah. APS 16-18 tahun sebesar 44,65 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 11,54 persen.
APS di perdesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan. Semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaannya (gap). Di perdesaan APS 7-12 tahun sebesar 94,29 persen, APS 13-15 tahun 74,83 persen, APS 16-18 tahun 33,95 persen, APS 19-24 tahun sebesar 5,41 persen. Di perkotaan APS 7-12 tahun sebesar 95,68 persen, APS 13-15 tahun 84,17 persen, APS 16-18 tahun 49,95 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 14,20 persen.

Pendidikan yang Ditamatkan 

Kualitas SDM dapat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan. Gerakan wajib belajar 9 tahun (1994) menargetkan pendidikan yang ditamatkan minimal tamat SMP. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 7,22 persen, tidak/belum tamat SD 17,87 persen, tamat SD/MI/sederajat 35,51 persen dan tamat SMP/MTs/sederajat sebesar 16,29 persen.
Kualitas SDM daerah perdesaan lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Persentase penduduk uisa 5 tahun ke atas berpendidikan minimum tamat SMP/MTs/sederajat di perdesaan 21,02 persen lebih rendah dibandingkan perkotaan 49,03 persen. Pendidikan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Persentase penduduk perempuan usia 5 tahun ke atas berpendidikan minimum tamat SMP/MTs/sederajat 36,86 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki 41,84 persen.

Pendidikan yang Ditamatkan 

Pendidikan yang tinggi merupakan salah satu tuntutan era globalisasi. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, merupakan modal dasar pembangunan bangsa. Modal dasar yang berkualitas merupakan tujuan utama pembangunan manusia Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi adalah upaya mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global.
Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Jawa Barat usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 17,93 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 2,02 persen, tamat DIV/S1 sebesar 2,88 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,27 persen.

Angka Melek Huruf (AMH) 

Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 95,74 persen. AMH penduduk usia 15 tahun ke atas perempuan (94,10 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (97,33 persen). AMH penduduk usia 15 tahun ke atas di daerah perdesaan (92,75 persen) lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan (97,28 persen).
Rendahnya AMH penduduk usia 15 tahun ke atas disebabkan oleh rendahnya AMH penduduk usia 45 tahun ke atas. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas sebesar 88,09 persen. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas perempuan (83,46 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (92,67 persen).

Ketenagakerjaan 

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Jawa Barat sebesar 17.783.677 orang, di mana sejumlah 17 094 003 orang diantaranya bekerja, sedangkan 689 674 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jawa Barat sebesar 58,49 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 80,59 persen dan 35,82 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 57,37 persen dan 60,65 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Majalengka (66,41), Kabupaten Ciamis (65,65), dan Kabupaten Tasikmalaya (64,90). Dengan jumlah pencari kerja sejumlah 689 674 orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 3,88 persen.

Perumahan 

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang pesat menjadikan kebutuhan tempat tinggal semakin meningkat pula. Program pemerintah yang menyangkut perumahan terus ditingkatkan, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Status kepemilikan/penguasaan bangunan tempat tinggal di Provinsi Provinsi Jawa Barat paling banyak adalah milik sendiri. Rumah tangga yang menghuni rumah dengan luas lantai kurang dari 20 m2 paling banyak dijumpai di Kota Bandung (175 703 rumah tangga), sementara yang paling sedikit terdapat di Kota Banjar (1 879 rumah tangga).

Kesulitan Fungsional 

Hasil SP 2010 tidak dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penyandang disabilitas karena perbedaan konsep dan definisi antara SP 2010 dan Kementerian Sosial. Pendekatan tingkat kesulitan yang dialami oleh penduduk digunakan sebagai proksi mendapatkan informasi penyandang disabilitas.
Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan dengan derajat kesulitan ringan atau parah. Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas di Provinsi Provinsi Jawa Barat yang memiliki kesulitan, baik ringan maupun parah, dengan jenis kesulitan penglihatan sebesar 3,06 persen, kesulitan pendengaran sebesar 1,47 persen, kesulitan berjalan atau naik tangga sebesar 1,50 persen, kesulitan mengingat/berkonsentrasi atau berkomunikasi dengan orang lain sebesar 1,24 persen, dan yang memiliki kesulitan mengurus diri sendiri sebesar 0,92 persen.

Penduduk Jawa Barat menurut Jenis Kelamin dan Umur


Kelompok Umur Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
0-4 2.119.969 2.004.666 4.124.635
5-9 2.207.317 2.083.318 4.290.635
10-14 2.146.506 2.037.114 4.183.620
15-19 1.965.450 1.884.478 3.849.928
20-24 1.826.776 1.786.560 3.613.336
25-29 1.988.660 1.940.773 3.929.433
30-34 1.850.314 1.808.273 3.658.587
35-39 1.758.987 1.677.663 3.436.650
40-44 1.523.829 1.448.269 2.972.098
45-49 1.266.133 1.211.306 2.477.439
50-54 1.033.134 974.059 2.007.193
55-59 782.426 694.815 1.477.241
60-64 518.274 535.028 1.053.302
65-69 395.450 412.577 808.027
70-74 259.459 306.450 565.909
75-79 135.654 173.267 308.921
80-84 81.846 102.032 183.878
85-89 28.593 36.612 65.205
90-94 11.789 18.076 29.865
95+ 6.474 11.356 17.830
Jumlah 21.907.040 21.146.692 43.053.732



Sumber :Bps

0 Comments:

Post a Comment




Blogger Template by Blogcrowds


Copyright 2008 | Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger by Blogcrowds.

Distributed by Blogger Templates